3.Dinasti
Turki Utsmani, Super Power Yang Tengah Surut.
Konflik Syekh Muhammad
Ibn Abdul Wahhab dengan para ulama Mashab As’yariyah dan ulama
konservatif lainnya terjadi pada masa Dinasti Turki Usmani yang tengah
mengalami degradasi dan kemunduran menuju senjakala sejarahnya. Karena itu agar
kita bisa melihat panggung sejarah dengan lebih jelas dari lahirnya gerakan
reformasi dunia Islam yang dipelopori oleh Syekh Muhammad Ibn Abdul Wahhab, ada
baiknya kita tengok secara sepintas kilas para sultan penguasa Dinasti Turki
Utsmani. Sebuah dinasti pemerintahan Islam yang kekuasaannya pernah menjangkau
tiga benua.
Kesultanan Turki Usmani
merupakan Kesultanan Islam bermashab Sunni terbesar dalam sejarah Islam (1299-1922
M). Dibawah ini adalah para sultan penguasa Dinasti Turki Utsmani pada periode
kebangkitan, berturut-turut yakni, Usman (1299-1326 M), Orkan (1326-1359 M), Murad
I ( 1359-1389 M), Bayazid I (1389-1403 M).
Pada tahun 1403-1413 M,
terjadi perang perebutan tahta di antara keturunan Bayazid I. Dia wafat dengan cara yang mengenaskan sebagai
tawanan tentara Timur Lenk yang melakukan invasi ke Anatolia. Dalam pertempuran
di Angora itu Dinasti Turki Usmani nyaris hancur.Tetapi pasca penyerbuan Timur
Lenk, Dinasti Turki Usmani mampu bangkit kembali setelah melalui perang saudara
di antara para putra-putra Sultan Bayazid I. Keluar sebagai pemenang adalah
Sultan Muhammad I (1413 – 1421 M). Sultan-sultan penerus Muhammad I adalah sebagai
berikut, Murad II (1421-1451 M), Muhammad II ( 1451 – 1483 M), Bayazid II (
1481 – 1512 M), Salim I (1512 – 1520 M), Sulaiman I ( 1520-1566 M), Salim II (
1566 – 1574 M), Murad III ( 1574- 1595 M), Muhammad III ( 1595- 1603 M), Ahmad
I ( 1603 – 1617 M), Mustafa I ( 1617 – 16 23 M), Murad IV ( 1623 – 1640 M ),
Ibrahim ( 1640 – 1648 M), Muhammad IV ( 1648- 1687 M).
Itulah nama-nama Sultan
Dinasti Usmani yang berhasil membawa Turki Utsmani kepuncak jaman keemasannya.
Sultan Muhammad II (1451- 1483 M), dikenal sebagai Sultan Al Fattah, karena
jasanya yang besar dalam penaklukan Konstantinopel, Ibu Kota Bizantium atau
Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 1453 M.
Salim I (1512- 1520 M), berhasil mengalahkan Syah Ismail dari Kerajaan
Islam Syiah Safawi dari Persia dalam pertempuran di Chalderan pada tahun 1514
M. Pada tahun 1517 M, kembali Salim I
berhasil menaklukan Dinasti Mamalik dan sejak saat itu Turki Usmani menjadi
penguasa atas wilayah Hejaz, Yaman, Suriah, Lebanon, Mesir dan wilayah lainnya
yang semula berada dibawah kekuasaan Dinasti Mamalik yang berkuasa selama dua
setengah abad ( 1250-1517 M). Kesultanan Turki Utsmani pada masa-masa awal juga
mampu membendumg kekuatan Portugal yang mulai muncul di Samudra Hindia dan Laut
Arab yang mengancam untuk menguasai tanah Hedjaz dengan dua kota suci ummat
Islam, yakni Makkah dan Madinah.
Pengganti Sultan Salim
I adalah putranya Sultan Sulaiman Yang
Agung ( 1520 – 1566 M). Sejarawan Barat menyebutnya sebagai Sulaiman
Magnificent karena prestasinya yang luar biasa dan keberhasilannya menempatkan
Kesultanan Turki Usmani sebagai superpower dunia pada jaman itu. Pada masa
Sultan Salim I inilah wilayah Turki menjangkau Hongaria, Rumania, Polandia,
Semenanjung Balkan, Yunani, dan nyaris menaklukan Italia dan Wina.
Memang pada masa
keemasannya, yakni pada abad ke 15 – 17
M, Kesultanan Turki Usmani memiliki
wilayah sangat luas yang menjangkau tiga benua, yaitu sepertiga wilayah Eropa,
Afrika Utara, Mesir, Semenanjung Arabia, Asia Barat sampai lembah Mesopotamia.
Wilayah Turki Usmani di Eropa Timur mencakup wilayah Yunani, Semenanjung
Balkan, Hongaria, Rumania, Transylvania, Moldavia, dan Polandia. Wilayah Turki
Usmani di Asia Tengah meliputi Georgia, Armenia dan Azerbaijan. Wilayahnya di
Asia Barat mencakup Irak, Lembah Mesopotamia, Anatolia, Libanon, Suriah, Tanah
Hejaz dan Yaman. Wilayahnya di Afrika Utara meliputi Mesir, Libya dan Tunisia.
Tetapi pasca
pemerintahan Sultan Salim I, Dinasti Turki Usmani mulai mengalami masa-masa
surut. Prestasinya dibidang kemiliteran dan politik, tidak lagi menunjukan
kemajuan. Bahkan pada tahun 1683 M, merupakan titik balik. Kesultanan Turki
Utsmani mulai sering bertekuk lutut menghadapi lawan-lawan politikya, terutama
Rusia yang merupakan musuh besarnya. Pada periode degradasi dan kemundurannya,
Dinasti Turki Utsmani dipimpin oleh para sultan yang lemah, baik dari segi
aqidah maupun pengelolaan pemerintahan. Usaha perbaikan dan pembaharuan
bukannya tidak ada. Tetapi langkah-langkah pembaharuan yang dipilihnya, malahan
langkah pembaharuan yang mengadopsi gagasan sekuler dunia barat, yang justru
mempercepat proses pembusukan Dinasti Turki Utsmani sendiri. Penguasa Dinasti
Turki Utsmani pada masa kemundurannya berturut-utrut adalah sebagai berikut
ini, Sulaiman II (1687-1691 M), Ahmad II ( 1691-1695 M), Mustafa II (1695-1703
M), Ahmad III (1703- 1730 M), Mahmud I ( 1730-1754 M), Usman III ( 1754 – 1757
M), Mustafa III ( 1757- 1774 M), Abdul Hamid I (1774-1789 M), Salim III (
1789-1807 M), Mustafa IV ( 1807-1808 M), Mahmud II ( 1808 – 1839 M), Abdul
Majid ( 1839 – 1861 M), Abdul Hamid II ( 1879- 1909 M), Mahmud V (1909-1918 M),
Mahmud VI (1918- 1922 M).
Pada periode kemunduran
itulah muncul Kerajaan Islam Arab Saudi ( 1744 M), yang merupakan negara bangsa
pertama di dunia Islam, mendahului Revolusi Perancis (1789 M), yang kelak
melahirkan negara bangsa di Eropa daratan. Lahirnya Kerajaan Islam Arab Saudi
sebenarnya mengakhiri era imperium dalam dunia Islam yang muncul sejak Islam berakspansi
keluar dari tanah Hejaz pada masa
Khalifah Abubakar ra (632 – 634 M). Tetapi sungguh keliru bila orang menganggap
Kerajaan Islam Arab Saudi melakukan pemberontakan pada Kesultanan Turki
Utsmani. Pada awalanya Kerajaan Islam Arab Saudi hanya menuntut otonomi yang
lebih luas untuk mengontrol tanah Hejaz dan menuntut agar praktek keagamaan di
wilayah Hejaz pada umumnya dan di Makkah maupun Madinah pada khususnya,
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Nabi, dibebaskan dari
pelbagai bentuk ibadah yang berbau bid’ah, kemusyrikn, dan kesyirikan. Pada awalnya tak ada keinginan untuk
melepaskan diri sama sekali dari naungan Khalifah Turki Utsmani. Kerajaan Islam
Arab Saudi justru berniat membantu Turki Utsmani mempertahankan tanah Hejaz
dari ancaman pendudukan oleh Inggri dan Perancis.
Sayang sekali Sultan
Mahmud II (1808- 1839 M), adalah sultan lemah yang lebih suka memerangi
saudaranya sendiri yang muslim dan menganggapnya sebagai musuh yang lebih
berbahaya dari pada Rusia, Inggris, dan Perancis yang jelas-jelas punya
kepentingan untuk menghancurkan dunia Islam(bersambung ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar