Entri yang Diunggulkan

In Memoriam : Dra.Hj.Sri Aslichah, Srikandi Aisyiyah Kecamatan Kalibagor, Banyumas (02)

Dalam diri Bu Hajjah Sri Aslichah, memang mengalir darah Muhammadiyah dari ayahnya, Bapak Kaswan Abusoli. Ayahnya pada waktu muda adal...

Selasa, 04 September 2018

Sejarah Rumah Allah dan Sumber Peradaban Besar




Ketika itu Ibrahim sudah berusia 85 tahun, dan istrinya, Sarah 76 tahun. Tak ada harapan untuk punya anak. Tetapi pada suatu malam Ibrahim menerima perintah untuk keluar dari dalam tenda. “Sekarang,” terdengar FirmanNya, “pandanglah langit dan hitunglah jumlah bintang-bintang di sana jika engkau sanggup.” Ibrahim pun menatap langit dan terdengarlah suara, “Sebanyak itulah anak keturunanmu nanti.”

Sarah sudah putus asa untuk bisa mempunyai anak, mengingat usianya yang sudah lanjut. Maka dia mengijinkan Ibrahim menikah dengan Hajar, budak kesayangannya yang dibawanya dari Mesir. Tetapi setelah menjadi madunya, Sarah sering terbakar oleh rasa cemburu kepada Hajar. Akbatnya Hajar sering menjadi amukan dan sasaran kemarahan Sarah. Hajar tidak pernah mengadukan perlakuan Sarah kepada Ibrahim. Hajar hanya mengadukannya kepada Allah swt  setiap malam. Suatu ketika datanglah malaikat Jibril menemui Hajar untuk menyampaikan pesan Allah swt. “Aku akan memperbanyak keturunanmu yang tak terhitung jumlahnya.” Sang malaikat juga berkata,”Berbahagialah! Kamu akan dikaruniai seorang anak . Namailah Ismail, karena  Allah swt telah mendengar  penderitaanmu,” Hajar lalu memberi tahu Ibrahim. Tak berapa lama Hajar hamil, dan melahirkan seorang anak-laki-laki yang tampan dan cakap. Ibrahim pun memberi nama Ismail, yang berati,”Tuhan telah mendengar.”

Kelahiran Ismail, membuat Sarah semakin terbakar oleh api cemburu, hingga dia minta agar Ibrahim mengusir Hajar dan anaknya ke tempat yang jauh. Karena sangat menyayangi Ismail, Ibrahim sangat sedih mendengar permintaan Sarah. Tetapi Allah swt berfirman agar Ibrahim memenuhi permintaan Sarah. Agar supaya Ibrahim tidak larut dalam kesedihan, Allah swt berjanji akan memberkahi Ismail.

Dengan dituntun wahyu dari langit, Hajar dan Ismail dituntun ke suatu lembah di Arabia, sekitar empat puluh hari perjalanan dengan unta, arah tenggara Kanaan. Lembah itu bernama Bakkah. Lembah yang sunyi sepi dikelilingi sejumlah bukit. Hanya tiga bagian yang tebuka, satu bagian di utara, satu bagian di selatan, dan satu bagian adalah sisi yang membentang sepanjang Laut Merah, kurang lebih empat puluh mil ke arah barat. Kitab suci tidak menceriterakan secara rinci bagaimana perjalanan Hajar, Ismail dan Ibrahim sampai tiba di Lembah Bakkah. Besar kemungkinan mereka ikut rombongan kafilah, karena lembah itu terletak dijalur utama perjalanan. Suatu jalur yang sering disebut sebagai jalur minyak wangi, karena jalur itu sering dilewati para kafilah yang membawa parfum, kemenyan, kapur barus, dan barang-barang mata dagangan lain yang dibawa pedagang dari Arab Selatan ke daerah sekitar Laut Tengah. Bisa jadi saat melewati tempat itu, Ibrahim dibimbing suara dari langit yang menyuruhnya meninggalkan kalifahnya, dan tinggal di tempat itu. 

Dikisahkan bahwa ketika Ibrahim akan meninggalkan Hajar dengan Ismail, berdua saja di tempat itu, Hajar sempat menahan Ibrahim, dan bertanya,”Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi? Kenapa kami ditinggalkan di sini, di tempat yang menakutkan ini?” Ibrahim hanya menjawab singkat, bahwa itu adalah perintah Allah swt, seraya menasihati agar Hajar tetap sabar menerima takdir dari Allah swt, dan agar Hajar tunduk dan patuh mengikuti semua perintahNya. Mendengar jawaban Ibrahim, Hajar hanya menjawab, “Sekarang aku mengerti, dan Allah swt pasti tidak akan menyia-nyiakan kami.” Ibrahim pun segera berangkat meninggalkan Hajar dan Ismail yang sangat dicintainya itu. 

Allah swt menyelamatkan Hajar dan Ismail. Bahkan memberikan karunia besar, dengan ditemukannya telaga Zamzam oleh Hajar dan Ismail ditengah-tengah Lembah Bakkah yang semua sunyi dan sepi itu. Ibrahim baru mengunjungi kembali lembah Bakkah untuk yang kedua kalinya setelah berpisah hampir 12 tahun. Betapa terkejutnya Ibrahim, karena Lembah Bakkah, telah banyak penduduknya, berkembang menjadi sebuah pemukiman ramai.. Hajar dan Ismail sudah hidup berkelimpahan, punya rumah bagus, dan punya banyak binatang ternak. Adalah Bani Jurhum, suku pendatang dan pengembara dari Yaman yang menemukan Hajar, kemudian ikut bermukim di situ. Bani Jurhum ikut mengasuh dan membesarkan Ismail, menghormati Hajar, dan mengakuinya sebagai pemilik Telaga Zamzam.
Tetapi ketika rasa rindu belum hilang akibat perjumpaan yang membahagiakan di Padang Arofah, tiba-tiba Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih Ismail. Kembali Ibrahim, Hajar dan Ismail mendapat ujian keimanan dan ketakwaan. Tetapi Ibrahim, Hajar, dan Ismail kembali lulus dalam ujian. Allah swt, telah menggantinya dengan seekor gibaz untuk dikorbankan dalam ritual qurban.

Sementara itu ketika Ibrahim berusia 100 tahun dan Sarah 91 tahun, Allah swt berfirman kembali  memerintahkan agar Ibrahim dan Ismail membangun sebuah rumah suci. Ibrahim pun berkunjung kembali ke Lembah Bakkah untuk yang ketiga kalinya. Melalui malaikat Jibril, Allah swt menunjukkan suatu tempat dekat sumur Zamzam, sebagai tempat mendirikan rumah suci. Dan bangunan rumah suci itu kemudian dikenal dengan nama Ka’bah, suatu bangunan berbentuk kubus segi empat yang menunjukkan empat arah penjuru angin. Namun benda yang paling suci di situ adalah sebongkah batu, yang menurut riwayat di bawa Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim. Batu itu ketika turun dari surga lebih putih ketimbang susu. Tetapi karena dosa-dosa anak Adam, telah membuatnya hitam. Batu hitam itu kemudian diletakkan di salah satu sudut Ka’bah. Ketika rumah suci itu selesai dibangun, Ibrahim pun berdoa.

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau ( Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( Q.S 14 : 37). Allah swt menjawab doa Ibrahim, Allah swt berfirman kepada Ibrahim dan mengajarkan ritus menunaikan Ibadah Haji ke Bakkah atau Mekkah, nama yang kemudian menjadi lebih populer.

“Aku sucikan rumahKu bagi orang-orang yang tawaf dan bagi yang sujud dan bagi yang rukuk. Dan sampaikanlah kepada umat manusia, untuk menjalankan haji, dan mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau dengan menunggang unta yang kurus, yang datang dari segala penjuru yang jauh”( Q.S 22: 26-27).

Kemudian ketika Hajar menceriterakan kepada Ibrahim peristiwa yang dialaminya saat mencari pertolongan dari Allah swt, Ibrahim pun menjadikannya sebagai bagian dari ritus ibadah haji, yaitu berlari-lari kecil antara bukuit Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali.

Selesai membangun Ka’bah, Ibrahim kembali menerima anugerah dari Allah swt. Malakat Jibril datang memberitahu bahwa bahwa Sarah pun akan melahirkan seorang anak, dan agar anaknya kelak diberi nama Ishaq. Khawatir Allah swt akan mengurangi kasih sayangnya pada Ismail, Ibrahim pun berdoa, “Semoga Ismail yang jauh dari ku, hidup dalam hidayah-Mu, Ya Allah!” Allah pun menjawab, “Aku mendengar doamu tentang Ismail. Aku merahmatinya dan Aku akan menjadikan dia pemimpin suatu bangsa yang besar. Tetapi kehendakKu tentang Ishak telah Kutetapkan. Dan Sarah akan segera melahirkan tahun depan.” Atas kehendak Allah swt, Sarah yang telah berusia lanjut, benar-benar hamil, dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishaq. Ibrahim masih hidup sekitar 75 tahun lagi setelah Sarah melahirkan Ishaq. Ketika Ibrahim wafat di Hebron, Ismail dan Ishaq tampak bersama-sama mengebumikan ayah mereka.

Ibrahim bersama putranya Ismail adalah  pendiri Rumah Allah di Mekkah. Ibrahim adalah leluhur dua bangsa, yaitu bangsa Arab dan Yahudi, yang mewariskan dua agama dan dua peradaban, yakni Islam dan Yahudi, yang atas “Kehendak Dari Langit” mengalir bersaama membangun peradaban besar dunia. Tetapi mereka memilih jalannya sendiri-sendiri, karena Allah swt, hendak menguji, siapakah diantara mereka yang meniti jalan lurus, yaitu jalan-jalan orang-orang yang mendapat nikmat dan karunia dari Allah swt, dan siapakah di antara mereka yang termasuk golongan orang-orang yang meniti jalan sesat dan jalan yang dimurkai. Wallahu ‘alam[04/09/2018].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar