Shalawat Nabi adalah ibadah yang disyariatkan Allah dalam surat
Al-Ahzab 56, yang lafalnya telah ditentukan Rasulullah dalam berbagai hadits
shahih ada 10 macam. Shalawat yang terpendek adalah “Allahumma shalli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.”
Lantas, bagaimana keabsahan Shalawat Global hasil kreasi Emha yang
meracik sendiri shalawat gaya baru dengan melodi lagu-lagu Natal yang mengusung
doktrin ketuhanan Yesus dan penebusan dosa?
Dalam pandangan Al-Qur’an, salah satu perbuatan yang diharamkan
Allah adalah mencampuradukkan haq dan batil. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui” (Qs Al-Baqarah
42).
Dalam menjelaskan ayat tersebut, Ibnu Katsir dalam tafsirnya
mengutip ucapan Qatadah:
وَلاَ تَلْبِسُوا اْليَهُوْدِيَّةَ وَالنَصْرَانِيَّةَ بِاْلإِسْلاَمِ. إِنَّ
دِيْنَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ، وَاْليَهُوْدِية وَالنَّصْرَانِيَّة بِدْعَة لَيْسَتْ
مِنَ اللهِ.
“Janganlah kamu campuradukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan
dinul Islam. Sesungguhnya din yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam,
sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah bid’ah yang bukan berasal dari Allah.”
Dengan kaidah tersebut, maka mengoplos lagu Natal gerejawi dengan
shalawat Nabi sama sekali tidak dibenarkan karena termasuk mencampuradukkan
tauhid (Islam) dengan kemusyrikan agama kafir.
Lantas bagaimana jika Shalawat Global itu ditujukan untuk
mengekspresikan kecintaan dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW?
Perlu diingat, bahwa apa yang dianggap baik tidak otomatis menjadi
sebuah kebaikan. Dalam urusan agama, niat baik saja belum cukup, karena niat
yang baik harus diiringi dengan perbuatan baik sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Demikian pula dalam memuji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, harus
sesuai dengan aturan Nabi SAW, salah satunya adalah sabdanya berikut:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَم فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ.“Dari Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian menyanjung-nyanjung aku seperti kaum Nasrani menyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba Allah dan rasul-Nya” (HR Bukhari, Ahmad dan Ad-Darimi).
Secara tegas dan jelas, Rasulullah melarang penyanjungan (pujian,
shalawat, dll) yang meniru-niru tradisi orang Kristen. Maka bershalawat kepada
nabi dengan cara yang meniru-niru (tasyabibuh) kepada tradisi orang Kafir
adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan secara agama. Bukankah meniru-niru
tradisi orang kafir itu juga perbuatan yang dilarang keras oleh Allah dan
rasul-Nya?
“…Janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya…” (Al-Hadid 16).
“Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia
termasuk dalam golongan mereka” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Demikian analisa Sdr. Ahmad, dalam grup Islam Kejawen di Facebook, posting tanggal 17-01-2018). Sdr.Ahmad adalah seorang pengamat keagamaan kritis yang menggugat cara berkesenian Emha yang tidak peduli pada ketentuan syariat Islam.
***
Memang benar kata sejarawan Perancis, bahwa sejarah
itu selalu berulang.Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para mistikus Islam atau
sufi yang cenderung ingin bebas mengekpresikan pandangan keagamaannya, kurang
suka pada syariat. Atau menghendaki syariat yang longgar.Para mistikus umumnya
berpadangan bahwa semua agama adalah benar dan baik. Syariat apa saja yang
dipilih, danggap akan mengantarkan kehadirat Tuhan juga. Mistikus Islam kebanyakan
adalah budayawan, sastrawan, dan penyair. Mereka mengungkapkan pengalaman
batiniah dalam penghayatan mistiknya dengan bahasa puisi yang kadang-kadang
sangat indah, sehingga memukau dan menarik para pendengarnya. Lihat saja
puisi-puisi karya Hamzah Fanzuri, Syamsudin Pase, Rumi, dllnya lagi.
Akhirnya
para mistikus Islam yang budayawan itulah yang biasanya melakukan sincretisme,
mencampur adukan sayariat satu agama dengan agama lain. Mpu Tantular berhasil
membuat sincretisme agama Hindu dan Buddha Tantrayana, hingga lahir agama
Hindu-Buddha Tantrayana. Hal yang sama dilakukan Syekh Siti Jenar, Al Hallaj
van Java,menurut Sarjana Belanda, sehinga lahir Islam Kejawen, paduan
Islam-Hindu-Buddha-Animisme dan Dinamisme.
Emha
agaknya sedang merintis Islam Kejawen gaya baru, yang merupakan campur sari
ajaran Kriste,Islam,Hindu,Buddha,Animisme, dan Dinamisme, menjadi ajaran
Kejawen yang paling komplit.Emha memang
budayawan,seniman,dramawan,penyiair,sufi, dan punya talenta untuk mengikuti
Jalaludin Rummi dan Syekh Siti Jenar. Mungkin kelak Kiyai Kanjeng akan
dinobatkan menjadi Jalaluddin Rummi van Java.Bukan mustahil,bukan?(By :Anwar Hadja-17-01-2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar