7.Duet Perjuangan Ibnu Saudi-
Ibnu Wahhab membangun Kerajaan Islam Arab Saudi Tahap- I (1745 – 1818 M).
Dalam waktu relatif singkat seluruh Dariyyah berhasil di ajak
kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi saw, setelah Syekh berhasil mendirikan
sebuah masjid berlantai tanah sebagai pusat untuk mengajarkan dan menyebarkan
gagasan-gagasan reformasinya.
Berbagai metode dakwah dijalankan oleh Syekh, seperti dengan
taklim, penulisan brosur, dan menerbitkan buku-buku kecil yang berisi
nasihat-nasihat agama. Semua brosur dan buku-buku yang ditulisnya itu,
senantiasa disertai hujjah dan dalil yang menjelaskan kebenaran dari apa yang
dia dakwahkan. Dia mengajak ummat untuk menumpas segala macam kemungkaran,
menghancurkan kubah-kubah kuburan, mencegah semua sarana yang akan mengantarkan
ke jalan kemusyrikan dan melakukan ibadah sepenuhnya hanya kepada Allah SWT.
Pada awalnya Syekh berdakwah dengan cara lemah lembut, damai,
pelan-pelan sambil mengetuk pintu hati dengan hikmah dan nasihat yang sejuk.
Syekh terus saja mengajar siapa yang datang menghadiri majelisnya dan
senantiasa menerangkan akidah yang dianutnya. Sayangnya dakwah Syekh yang
disampaikan dengan lemah lembut itu, mendapat tantangan yang hebat dari
kelompok konservatif dan tradisional yang sangat keras. Kebenaran dibalas
dengan pendustaan, nasihat yang baik ditanggapi dengan lecehan dan konspirasi.
Akhirnya Syekh mengambil kesimpulan, sudah saatnya dakwahnya itu memasuki
episode jihad guna memerangi berbagai macam bentuk kemungkaran dengan
menggunakan kekuatan. Persis sebagaimana diajarkan oleh seorang penyair Arab.
“Jika tak ada lagi, kecuali kepala tombak yang harus menjadi
tunggangan, maka tak ada jalan lain bagi yang terpaksa kecuali menungganginya.”
Sasaran jihadnya yang pertama adalah penguasa kota
tetangganya, penguasa Riyadh, Syekh Dahlan ibn Dawwas, yang terkenal sebagai
penguasa yang kejam, lalim dan dengan gigih menghalang-halangi dakwah Syekh
Muhammad ibn Abdul Wahhab. Pada tahun 1747 M, konfik bersenjata dengan penguasa
Riyadh pun pecah dan berlangsung cukup lama, 28 tahun! Raja Saud aktif terjun
dalam peperangan demikian pula Syekh Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Mereka berdua
berhasil membentuk tentara Muwahhidun
yang amat kuat, tangguh, dan disiplin. Syekh sendirilah yang langsung
melakukan perekrutan pasukan, mengumpulkan mereka, melatihnya, dan akhirnya
mempersiapkan pemberangkatan pasukan ke medan jihad.
Walapun demikian, di tengah-tengan kesibukannya menyiapkan
pasukan, Syekh tetap meluangkan waktunya untuk mengajar, menulis surat kepada
orang-orang penting, mendampingi Raja menerima tamu dan delegasi. Syekh
Muhammad Ibn Abdul Wahab menduduki Menteri Penerangan dalam Kerajaan Islam Arab
Saudi.
Setahap demi setahap tentara Muwahhidun itu berhasil meraih kemenangan
demi kemenangan di medan pertempuran.
Tetapi ketika kemenangan hampir
tercapai, pada tahun 1764 M, Raja Saud wafat. Untunglah putranya yang
menggantikannya, Abdul Azis, juga seorang raja yang cakap. Pada tahun 1773 M,
tentara Kerajaan Islam Arab Saudi berhasil merebut kota Riyadh. Penguasa Kota
Riyadh, Syekh Dahlan Ibn Dawas berhasil melarikan diri. Tapi sejak itu,
Kerajaan Islam Arab Saudi menjadi penguasa tunggal diseluruh Nejd.
Setelah ditaklukannya Kota Riyadh, dakwah Syekh Muhammad ibn
Abdul Wahhab dengan cepat berkembang di seluruh Nejd. Orang pun
berbondong-bondong secara sukarela menjadi penganut dan pengikut ajarannya.
Berbagai bentuk bid’ah, khurofat, dan ritual pemujaan kuburan, kepercayaan pada
tahyul, dan klenik langsung lenyap dari seluruh wilayah Nejd.
Padahal wilayah Nejd pada mulanya merupakan wilayah yang sangat gigih mempraktekkan bermacam-macam
bid’ah dan penyembahan berhala yang berupa kuburan orang-orang suci atau wali.
Praktek peribadatan yang berbau syirik merata di mana-mana. Bukan hanya
makam-makam berkubah yang mereka sembah. Pohon-pohonan, batu-batuan, gua-gua
yang dianggap keramat pun disembah. Di Nejd pada masa itu pun banyak ahli
sihir, banyak pula dukun yang dipercayai kata-katanya, padahal tidak
berdasarkan landasan yang kuat. Masyarakat Nejd
pada masa itu juga percaya kepada jin serta memohon pertolongan kepada
mereka dengan melakukan penyembelihan hewan sebagai sesaji kepada mereka.
Tetapi setelah Nejd berada di bawah naungan Kerajaan Islam
Arab Saudi yang berpegang pada doktrin tauhid murni sebagaimana yang telah
diajarkan oleh al Qur’an dan Sunnah Nabi saw, Nejd pun berubah menjadi wilayah
yang berkelimpahan, penuh barokah, dan pertolongan Allah SWT datang, keamanan
dan kesejahteraan pun mulai mendatangi Kerajaan Arab Saudi. Kerajaan yang aman
sejahtera dan berkelimpahan di bawah maghfirah dan ampunan Allah swt pun terbentuk. Itulah kerajaan yang
terbebas dari berbagai macam bid’ah, khurofat, tahyul, dan klenik. Para raja
penguasa yang cakap dari Kerajaan Islam
Arab Saudi Tahap-I berturut-turut adalah sbb : Muhammad Ibn Saud (1725 -1764
M), Abdul Aziz I ( 1764- 1803 M), Saud III ( 1803 – 1814 M) dan Abdullah I (
1814 – 1818 M ).
Pada tahun 1789 M, Revolusi Perancis meletus dan Perancis
muncul jadi superpower baru yang kuat di Eropa daratan di bawah perwira muda
yang berbakat, Napoleon Bonaparte. Perancis dibawah Napoleon tampil menjadi
pesaing Inggris yang sudah lebih dulu menjadi salah satu super power
dunia. Pada saat Revolusi Perancis
meletus, Sultan Salim III (
1789-1807 M) Turki Utsmani naik tahta. Sementara itu, Abdul
Aziz I dengan tentara Muwahhidunnya,
siap-siap untuk melakukan ekspansi ke luar Nejd untuk mengamankan wilayah Hijaz
dari ancaman Inggris maupun Perancis yang menyimpan agenda tersembunyi untuk
menguasai tanah Hijaz. Dari sudut geopolitik pada jaman itu, wilayah Hijaz
sudah merupakan wilayah penting, baik untuk kepentingan ekspansi yang bersifat
ideologis keagamaan maupun yang bersifat kepentingan ekonomi, politik, dan
teritorial.
Karena itu langkah Raja Abdul Aziz I untuk menguasai tanah Hijaz
dibawah kendalinya guna menyelamatkan dari ancaman kolonialisme dan imperialisme
barat, merupakan langkah strategis yang
tepat. Lebih-lebih bila diingat, Kesultanan Turki Utsmani pada saat itu tengah
mengalami masa-masa degradasi dan kemunduran, karena didera oleh sejumlah
masalah ekonomi, politik, teritorial, dan militer akibat rongrongan terus-menerus dari dunia
Kristen, terutama Rusia.
Pada tahun 1790 M, tentara Abdul Azis I sudah sampai di
perbatasan Irak. Sebelas tahun kemudian, Karbala di Irak berhasil diduduki (
1801 M). Tetapi kelompok Syiah terus
melakukan perlawanan, hingga seorang militan Syiah yang menyamar berhasil
membunuh Raja Abdul Aziz I, hingga tewas ( 1803 M). Tetapi penggantinya Raja Saud ibn Abdul Asiz
atau Raja Saud III (1803-1814 M), adalah juga raja yang cakap. Pada tahun 1804
M, Madinah pun berhasil dikuasainya. Kemudian Makkah (1807 M), dan Jeddah (1809
M). Pada tahun 1811 M, Kerajaan Islam
Arab Saudi telah membentang dari Allepo di utara sampai Samudra Hindia di
selatan. Dari Teluk Persia di timur sampai Laut Merah di Barat. Nyaris hampir
seluruh tanah Hezjas telah berada di bawah kendali Kerajaan Islam Arab Saudi.
Inggris yang berada di Teluk Arab mulai merasa cemas dengan kebangkitan Kerajaan
Islam Arab Saudi (bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar