Jumat, 18 Januari 2019

In Memoriam : Dra.Hj.Sri Aslichah, Srikandi Aisyiyah Kecamatan Kalibagor, Banyumas (01)



Teman-temannya sering memanggilnya Mbak As, murid-muridnya memanggilnya Bu As. Tetapi sejak dia menunaikan ibadah haji pada tahun 2015, murid-muridnya, rekan-rekan seperjuangannya,  teman-teman di lingkungan kerjanya, dan para tetangganya, memanggilnya dengan panggilan Bu Hajjah.

Rekan seperjuangannya dalam Persyarikatan Muhammadiyah Kecamatan Kalibagor, H.Asep Saiful Anwar, SP, MM, meyebut sepak terjang Bu Hajjah Sri Aslichah dalam mengembangkan dakwah Islam di Kecamatan Kalibagor lewat organisasi wanita Aisyiyah sebagai perjungan luar biasa dan  tak kenal lelah. “Beliau telah mengontrakkan dirinya dengan menjadi karyawati Allah swt, sehingga sepanjang hidupnya diabdikan untuk kegiatan dakwah,” tuturnya.


Ibu Siswadi, mantan Istri Kepala Desa Kalibagor (1967 – 1978), masih bisa mengenang dengan baik aktivitas Bu As saat masih muda. Dia mengaku saat menjadi Istri Kepala Desa Kalbagor, sangat terbantu dalam mengendalikan kegiatan PKK Desa Kalibagor, khususnya pada tahun 1975 – 1978. Hampir setiap ada kegiatan PKK, Bu As selalu mendampingi Bu Siswadi. Hubungannya kekeluargaan terus berlanjut sekalipun suami Bu Siswadi telah berhenti jadi Kepala Desa Kalibagor. Bahkan keduanya naik haji pada tahun yang sama, bertiga dengan adik Bu Siswadi.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kecamatan Kalibagor, Bapak Sugino, seorang budayawan, seniman, ahli bahasa Jawa, dan pendiri Padepokan dan Yasasan Papan Mas (Paguyuban Panotocoro Gagrag Banyumas), mengingatkan bahwa masih ada cita-cita Bu As yang belum terwujud, yakni mendirikan Balai Pengobatan Aisyiyah di Kecamatan Kalibagor.

“Kalau dilihat dari aktivitas dan perjungan yang tak kenal lelah, Bu As adalah seorang Srikandi, yaitu tokoh dalam pewayangan yang merupakan satu-satunya Senapati wanita Pandawa dalam perang Bharatayudha. Srikandi berhasil mengalahkan Senapati Bisma yang sebelumnya tak terkalahkan,” kata Bapak Sugino sambil tersenyum mengingatkan sosok Srikandi dalam kisah wayang.

Bisa jadi pendapat Bapak Sugino ada benarnya. Bu Hajjah Dra.Sri Aslichah, adalah Srikandi Aisyiyah Kecamatan Kalibagor. Bersama-sama dengan Bu Hajjah Asep dan Bu Hajjah Agus, memang menjadi pengendali aktivitas organisasi Aisyiyah Kecamatan Kalibagor. Banyak kegiatan yang bersifat perintisan tidak lepas dari sentuhan tangan dingin Bu Hajjah Dra.Sri Aslichah dan teman-temannya. Misalnya, merintis pembangunan sejumlah mushola di Grumbul Genting, Songgom, dan Desa Suro. Merintis TK Aisyiyah di Desa Pajerukan Kidul. Yang unik, adalah didirikannya kegiatan pengajian ibu-ibu Majelis Takmir Ar Rahman. Kegiatan Pengajian Ar Rahman ini merupakan kolaborasi antara warna NU dan warga Muhammadiyah Kecamatan Kalibagor.

Komunitas NU memang merupakan mayoritas di Kecamatan Kalibagor, tetapi dalam soal SDM, organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah, tidak pernah kekurangan aktivis, karena mereka banyak yang berpendidikan S1, bahkan S2. Aktivitas rutin Kelompok Pengajian Ar Rahman adalah pengajian surat Yassin yang digemari kalangan Nahdiyin, dengan istilah Yasinan. Sebagai kompensasi, Bu Hajjah menetapkan, sebelum pembacaan Surat Yassin, diadakan ceramah, semacam kultum. Tetapi pemberi ceramah harus orang atau tokoh Muhammadiyah. Dengan terobosan semacam itu, secara rutin seminggu sekali Ibu-Ibu dengan latar belakang NU dan Muhammadiyah, bahkan Ibu-Ibu dengan latar belakang Nasionalis, mau sama-sama duduk bersama-sama membaca surat Yassin, setelah sebelumnya diawali dengan siraman rohani berupa ceramah keagamaan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah. Bu Hajjah juga suskses membawa rombongan Kelompok Pengajian Majelis Takmir Ar Rahman dengan satu bus wisata menghadiri pengajian pagi di stasiun TV-Indosiar yang dipandu Mamah Dedeh.  

Kolaborasi antara NU dan Muhammadiyah yang dirintis Bu Hajjah dan kawan-kawannya berlanjut dengan mendorong kerjasama antara BANSER dan KOKAM Kecamatan Kalibagor. Misalnya, pada bulan Ramadhan, kedua organisasi kepemudaan itu, sama-sama mendirikan Posko Lebaran, untuk membantu para pemudik istirahat sejenak, setelah menempuh perjalanan jauh dari tempat mereka merantau di Jakarta, Bandung, bahkan dari luar Jawa, yang hendak mudik dengan motor maupun mobil pribadi menuju kampung halaman mereka. Kebetulan Kantor Cabang Muhammadiyah dan Aisiyah Kecamatan Kalibagor, terletak di pinggir jalan utama Purwokerto-Sokaraja-Banyumas, yang dilewati kendaraan umum menuju Jogya, Wonosobo, Semarang, Solo, Madiun, Surabaya dan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Posko Lebaran, beroperasi 24 jam, selama lima hari sebelum lebaran dan lima hari sesudahnya. Tenda Posko dan sejumlah fasilitas seperti air minum gratis, disediakan sejumlah agen kendaraan bermotor seperti Honda, Toyota, Suzuki, Yamaha, dan lainnya lagi.

Sebagai aktivis Aisyiyah, Bu Hajjah sadar betul untuk menghayati dan mengamalkan kandungan Surat Al Ma’un, Surat ke- 107 dalam Kitab Suci Al Qur’an, yang isinya sbb :
(1)   Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? (2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (3) Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, (4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (5) Yaitu orang-rang yang lalai dari shalatnya, (6) Orang-orang yang berbuat riya, (7) Dan enggan menolong dengan barang yang berguna.
Surat Al Ma’un merupakan surat yang bersejarah bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Sebab surat itulah yang mengilhami, memotivasi, dan menginspirasi KH. Ahmad Dahlan dan Istrinya, Siti Walidah untuk mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah (1912), kemudian juga Aisyiyah (1917 ).


Rupanya riwayat jejak perjuangan KH.Ahmad Dahlan dan Istrinya, Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan, sangat mempengaruhi Bu Hajjah Dra.Sri Aslichah. Ini bisa dilihat dari perhatian Bu Hajjah yang besar pada orang tua yang miskin, jompo, anak-anak yatim, dan anak-anak kaum dhuafa. Jika tahu ada tetangganya yang sudah berusia lanjut, jompo, dan miskin, Bu Hajjah tidak segan-segan untuk mengirim jatah makan siang ke rumah orang itu. Kadang-kadang menyuruh orang, tetapi lebih sering mengirimnya sendiri jika pas tak ada kesibukan.

Jauh sebelum pemerintah meluncurkan program sekolah gratis, bea siswa, dan bidik misi, Bu Hajjah Dra.Sri Aslichah telah banyak memperjuangkan sekolah gratis bagi anak-anak kaum dhufa, khususnya dari Desa Suro yang saat itu merupakan desa tertinggal di Kecamatan Kalibagor. Banyak pula anak-anak kaum dhuafa yang dijadikan anak asuh, diperjuangkan mendapatkan bea siswa, dan dibiayai dari uang sakunya sendiri. Beberapa anak asuhnya, antara lain, Sum, Sur, dan Rus Wanto. Sum, anak Desa Suro, menjadi anak asuh Bu Hajjah, tinggal di rumah Bu Hajjah, dan berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMP Muhammadiyah Sokaraja dan Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto. Selesai sekolah, Sum melanjutkan bekerja ke Malaysia selama 6 tahun, akhirnya pulang kembali ke desanya, Desa Suro, menikah, setelah berhasil mengumpulkan tabungan hasil merantau untuk membeli sejumlah bidang ladang dan ternak sapi.  

Anak asuhnya lainnya lagi yang juga sukses adalah Sur. Dia anak orang dhuafa dari Desa Pajerukan Kidul. Tinggal di rumah Bu Hajjah, berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMP Muhammadiyah Sokaraja, SMA Muhammadiyah Sokaraja, dan STAIN Purwokerto jurusan Tarbiyah Pendidikan agama Islam. Tahun 2017, berhasil diwisuda dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Sekarang menjadi tenaga pengajar di almamaternya, SMP Muhammadiyah Sokaraja. Yang unik dari anak asuh Bu Hajjah yang satu ini, menyelesaikan studinya di SMP,SMA, sampai kuliah, dengan naik sepeda dari Kalibagor-Sokaraja-Purwokerto. Bahkan sekalipun sekarang sudah diangkat jadi Ibu Guru di SMP Muhammadiyah Sokaraja, dia masih setia dengan sepeda yang dibelikan Bu Hajjah Dra. Sri Aslichah.

Rus Wanto adalah seorang remaja dari Desa Dukuh Waluh yang menyelesaikan studinya di SMA Muhammadiyah Sokaraja. Bu Hajjah membantu sebagian biaya kuliah di Akademi Maritim Nusantara Cilacap, dan pada tahun 2018, berhasil diwisuda dengan gelar Ahli Madya Maritim. Sambil kuliah, Ruswanto ditarik Bu Hajjah Dra. Sri Aslichah menjadi pembinan Pramuka di SMA Muhammadiyah Sokaraja.


Sebenarnya, Bu Hajjah juga tercatat sebagai salah seorang perintis pendirian SMP Muhammadiyah Sokaraja pada tahun 1975, bersama-sama Pak Sutarman, BA, Pak Umar, Pak Jalal dan lainnya lagi. Waktu itu Bu Hajjah masih kuliah di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman Purwokerto. Tetapi diajak Pak Sutarman, BA, Kepala SMP Muhammadiyah Sokaraja, untuk menjadi salah seorang tenaga pengajar. Pada tahun 1978, SK Ijin Operasional SMP Muhammadiyah turun, dan mulai menghasilkan lulusan angkatan pertama. Sejak itu SMP Muhammadiyah Sokaraja dan SMA Muhmmadiyah Sokaraja, menjadi ladang pengabdian Bu Hajjah Dra. Sri Aslichah di dunia pendidikan yang terus digelutinya sebagai seorang Pendidik, dengan Sertifikat Pendidik Profesional dari Pemerintah. Sertifikat Pendidik Profesional, diperolehnya melalui Penilaian Portfolio, dan langsung dinyatakan lulus. Namun demikian untuk menambah tingkat kompetensinya sebagai Pendidik Profesinal, Bu Hajjah mengikuti Kuliah Lanjutan, dan berhasil mendapatkan Akta Mengajar dari Universitas Negeri Yogyakarta.(bersambung)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar